Inilah bahasan terakhir tentang keyakinan seorang muslim pada Nabi Isa. Pada hari kiamat, Nabi Isa sendiri akan berlepas diri dari kaum Nashrani yang mengangkatnya jadi sesembahan selain Allah.
Ketigabelas:
Nabi Isa ‘alaihis salam berlepas diri pada hari kiamat dari yang mengangkat beliau sebagai ilah (sesembahan).
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّي إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنْ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah: 116-117)
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan tentang dialog antara Allah dengan Isa ‘alaihis salam selaku hamba-Nya dan Rasul-Nya. Allah berkata pada Isa pada hari kiamat tentang orang yang mengangkat dirinyda dan ibunya Maryam sebagai sesembahan selain Allah.
Lalu Isa menyangkal hal itu, beliau berlepas diri dari menjadi sekutu bagi Allah. Bahkan Nabi Isa memerintahkan hanya menyembah Allah semata. Karena Allah adalah Rabb Isa dan Rabb manusia sekalian.
Inilah keyakinan muslim pada Nabi Isa ‘alaihis salam. Intinya, keutamaan mengimani Nabi Isa disebutkan dalam hadits berikut:
“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya; begitu juga bersaksi bahwa ‘Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kalimat-Nya (yaitu Allah menciptakan Isa dengan kalimat ‘kun’, -pen) yang disampaikan pada Maryam dan ruh dari-Nya; juga bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya; maka Allah akan memasukkan-Nya dalam surga apa pun amalnya.” (HR. Bukhari no. 3435 dan Muslim no. 28)
Musa saja wajib mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ia hidup di tengah-tengah kita saat ini. Sama halnya pula dengan Nabi Isa dan umatnya. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ كَانَ مُوسَى حَيًّا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ مَا حَلَّ لَهُ إِلاَّ أَنْ يَتَّبِعَنِى
“Seandainya Nabi Musa hidup di tengah-tengah kalian, ia tetap harus mengikutiku.” (HR. Ahmad, 3: 338. Sanad hadits ini dha’if kata Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)
Wallahu waliyyut taufiq. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
Referensi Utama:
Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, http://islamqa.info/ar/43148
—
Selesai disusun di Darush Sholihin, Panggang, GK, 26 Rabi’ul Awwal 1437 H
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam